Cross Cutting untuk Keberlangsungan Ekosistem Sungai


Sungai merupakan akses hidup masyarakat kalimantan Timur. Tetapi pada fase ini, sungau sudah bukan lagi diperhatikan dan diutamakan keberadaannya oleh pemerintah dan sebagian warga Kaltim.

Ada banyak dampak yang sudah terjadi akibat rusaknya Daerah aliran sungai di Kaltim, untuk itu dalam suatu perencana perencanaan pembangunan restorasi untuk keberlangsung sungai dibutuhkan Cross Cutting .

Cross Cutting mungkin jarang Kita dengar padahal aspek dal hal ini cross cutting sangat diperlukan.  Yang dimaksud dengan cross cutting adalah kegiatan atau aktivitas yang tidak secara langsung terkait dengan program namun akan mendukung atau merupakan dampak lanjut dari program.

Berikut hal hal mengenai cross cutting sebagai daya dukung dalam keberlangan Sungai

copyright nagadragn
Pemanfaatan RTH Jln. Abdul muthalib sebagai ruang Kesehatan

Pengembangan Pendapatan Alternatif
 (ramah lingkungan) 

Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di permukiman sepanjang tepian sungai akan menjadi perhatian utama sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat sekitar sungai.


Pemberdayaan ini dimaksudkan sebagai upaya
agar mereka bisa berpartisipasi menjaga dan merawat sungai dengan cara tidak mencemari sungai dengan buangan, mencegah kegiatan penangkapan ikan yang merusak dan menjaga green belt Sungai Karang Mumus.


Kegiatan ekonomi produktif yang dimaksud adalah potensi ekonomi yang sudah tersedia di sepanjang tepian sungai baik yang berbasis pada sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya.

Secara teritorial pendekatan pemberdayaan akan dalam kerangka pengembangan kampung tematik. Restorasi sungai akan berjalan dengan baik apabila masyarakat sekitar sungai bisa memperoleh kesempatan untuk pendapatan sebanding dengan tugas sosial untuk melindungi sumberdaya alam di sekitar mereka.


Pertanian dan Perikanan Berkelanjutan

Sungai dan lahan sekitar sungai merupakan ruang penghidupan bagi masyarakat. Kanan kiri sungai menjadi lahan terbuka untuk pertanian lahan kering, sementara di sungai masyarakat masih mencari ikan untuk memperoleh pendapatan.

Zona Riparian sungai dan zona Pertanian warga

Perladangan dengan penggunaan pupuk kimia akan membuat tanah menjadi keras, selain itu pupuk dan juga pestisida yang dipakai saat terkena air hujan akan ikut terlarut dalam air dan masuk sungai sehingga menjadi pencemar.

Sedangkan hasil tangkapan yang berkurang membuat warga mencari jalan pintas meningkatkan tangkapan dengan cara destruktif salah satunya adalah penggunaan setrum dan racun.


Kepada petani dan nelayan sungai akan diperkenalkan pertanian organik, pemulihan lahan pertanian dengan cara alamiah. Salah satu yang bisa dipakai untuk mengembalikan kesuburan tanah alamiah adalah gulma yang
jumlahnya berlebihan di Waduk Benanga.

Dengan demikian akan terjadi integrasi antara pembatasan gulma di Waduk Benanga dan pemulihan lahan di Muang Ilir.


Untuk memulihkan kehidupan ikan maka selain pemulihan ekosistem penghubung antara air dan darat juga akan disepakati adanya wilayah-wilayah yang akan menjadi area konservasi ikan dan juga area pencadangan ikan.


Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan

sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai secara langsung untuk keperluan sehari-hari, pada waktu yang sama mereka juga membuang sampah dan limbah ke sungai.
Susur dan Cek kualitas air

Tampak Das Mahakam sebagai muara sub DAS Karang Mumus

Perilaku tidak bersih lingkungan ini selain membahayakan kualitas air sungai juga beresiko untuk kualitas kesehatan masyarakat.

Pendidikan dan penyadaran akan menyasar
perubahan perilaku terkait pembuangan sampah dan limbah ke sungai, termasuk mendorong masyarakat untuk membangun fasilitas sanitasi keluarga yang tidak mencemari sungai.

Masyarakat juga akan diberi pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya memanfaatkan air hujan sebagai sumberdaya air gratis untuk
keperluan sehari-hari dan konservasi air.


Pertambangan dan Perumahan

Dengan karakter daerah yang berbukit-bukit, sistem air alam Kota Samarinda menjadi khas dimana banyak genangan air menetap dalam
bentuk rawa-rawa di berbagai tempat.
Perbukitan yang juga merupakan benteng daerah dataran rata dari angin, diterpa oleh investasi operasional pertambangan dan pembangunan permukiman (perumahan).

Akibatnya sedimentasi menjadi tinggi dan berpengaruh kepada sistem Karang Mumus.
Waduk Benanga sebagai reservoir air menjadi dangkal dan kehilangan sebagian besar ruang tampungnya.


Maka perlu upaya untuk mendorong operasi pertambangan dan pembangunan perumahan untuk memperhatikan tata air sehingga tidak berdampak buruk terhadap Sungai Karang Mumus. Sebuah kebijakan yang menetapkan Rainfall Harvesting sebagai sebuah kewajiban bagi pertambangan dan kompleks perumahan akan didorong dalam proses legislasi.


Komunitas Peduli Sungai

Pada akhirnya sungai adalah milik bersama dan diurus secara bersama. Program ini akan melakukan pengorganisasian agar di sepanjang Sungai Karang Mumus muncul komunitas peduli sungai baik yang berbasis wilayah maupun berbasis perhatian atau keahlian. Komunitas komunitas ini kemudian akan disatukan dalam satu wadah yaitu Forum Peduli Sungai Karang Mumus.


Perencanaan ruang, aturan dan kebijakan
 yang menguntungkan lingkungan dan kehidupan liar

Adalah sebuah keistimewaan jika sebuah kota bisa menjadi area konservasi untuk kehidupan liar. Sungai Karang Mumus mempunyai potensi untuk direstorasi dan kemudian menjadi area konservasi kehidupan liar. Baik yang di darat, air maupun udara.

Sungai Karang Mumus akan diusulkan menjadi
kawasan lindung yang didalamnya akan terdiri dari hutan kota, area konservasi air, area konservasi ikan, area konservasi primata (Bekantan) dan jenis satwa lainnya.


Integrasi pendidikan lingkungan di sekolah

Sekolah dan siswa yang berada di sekitar Sungai Karang Mumus akan menjadi sasaran kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dunia pendidikandan siswa terhadap isu konservasi.



ditulis Oleh Fitriyani Sinaga

Komentar

TERPOPULER

Isolasi Lignin Pulp Soda dan Sulfat (Kraft)

Teknis Mesin Pancang Dalam Pemanenan HUTAN

Sejarah Sylva Indonesia: Rimbawan, yuk berjuang kolektif!

Masyarakat Adat vs RUU Pertanahan, Sebuah Refleksi Hari Tani, Utopis Kelestarian Hutan?

Kehutanan Berduka,Wafatnya Prof.Dr.Ir.H.R.Sambas Wirakusumah MSc.

Rimba 2019: Mahasiswa Berprestasi, Tanamkan Kode Etik Rimbawan

Karhutla di Kaltim: Surga Angrek Hitam Cagar Alam Kresik Luway Hangus

Symposium dan Konferensi Nasional Sylva Indonesia Jogjakarta

UPAYA REHABILITAS LAHAN KRITIS

Informasi data berita tentang fakta,edukasi dan analisis tentang kehutanan, pertanian, pendidikan budaya sosial dan lingkungan hidup. Ragam berita konservasi dan sains lingkungan. @ Seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. @nagadragn