Menjaga Sungai Merawat Iklim



"Gejala paling jelas di negeri kita yang mempunyai dua musim adalah kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Kini akibat perubahan iklim kita mengenal musim kering dan musim banjir. Sungai menjadi salah satu penanda penting dari fenomena perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Wajah sungai adalah cermin dari perilaku kita. Jasa atau layanan ekologis/ekosistem ruang sungai bukan hanya soal keteduhan, kejernihan airnya tetapi juga sumber perekonomian rakyat.  perlu ripaian sungai, restorasi ekosistem, restoasi kelembagaan, hidrologi dan Restorasi sosio ekonomi Kultural, apa partisipasi yang dapat kita lakukan?" 
Oleh Fitriyani Sinaga
copyright nagadragn
Lahan petani yang Kering

Climate Change atau perubahan iklim adalah kondisi ketidakseimbangan iklim akibat pola pemanfaatan sumberdaya, lingkungan, ruang dan lahan yang tidak ramah lingkungan atau tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan.
Gejala paling jelas di negeri kita yang mempunyai dua musim adalah kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Kini akibat perubahan iklim kita mengenal musim kering dan musim banjir.

Sungai menjadi salah satu penanda penting dari fenomena perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Wajah sungai adalah cermin dari perilaku kita dalam memperlakukan lingkungan. Sungai yang teduh, hijau, sehat dan seimbang airnya antara musim kemarau serta musim hujan menunjukkan bahwa warga yang berada dalam Daerah Aliran Sungai berperilaku dan berahklak mulia pada lingkungan.

Sungai yang sehat adalah sungai yang ruang sungainya mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati berupa flora maupun fauna yang saling menopang satu sama lain. Sungai yang sehat bukanlah sungai yang alurnya diluruskan, palungnya dikeruk dan tepiannya diturap. Sungai yang campur tangan manusianya terlalu besar selalu tidak sehat, jadi meski air mengalir lancar namun sepi kehidupan entah di dalam air maupun di tepi daratannya.

Menjaga sungai agar tetap menjadi sungai bukan kanal atau parit adalah tugas semua warga. Sungai dijaga dan dirawat dengan cara tidak dirampok ruang sungainya baik untuk permukiman maupun usaha yang tidak ramah pada sungai. Kesehatan air sungai perlu dijaga dengan tidak membuang sampah dan limbah secara langsung ke aliran sungai.

Area lindung sungai dalam rupa rawa-rawa yang juga berfungsi sebagai filter alamiah air sebelum masuk ke sungai juga perlu dijaga keberadaan. Mengalihfungsikan rawa menjadi daratan berarti membunuh sungai dan membiarkan air sungai tidak terlindungi dari polutan atau cemaran dari air yang melimpas ke sungai.

Dengan memulihkan dan mejaga ruang sungai maka sesunguhnya kita turut merawat iklim karena kita menjaga jasa ekologi dari lingkungan sungai tetap bisa terjaga. Jasa atau layanan ekologis/ekosistem ruang sungai bukan hanya soal keteduhan, kejernihan airnya, pemandangan yang indah melainkan juga hal-hal lain yang tidak kelihatan namun vital bagi kesehatan, keamanan dan kenyamanan masyarakat
 
Tanah tampak kering
Restorasi Sungai
Mengembalikan Riparian Sungi
Sungai pada dasarnya adalah sebuah sistem yang kompleks yang terbentuk dalam jangka waktu yang panjang. Banyak yang menyangka bahwa sistem sungai tidaklah teratur sehingga perlu diatur-atur secara teknis untuk mendapat aliran, arus, debit dan fungsi yang dikehendaki oleh manusia.
Apa yang dipandang sebagai ketidakteraturan sesungguhnya merupakan keteraturan sungai. Keteraturan sungai meliputi Alur Sungai, Pulau Sungai, Sedimen dan Konfigurasi Material Dasar Sungai, Komposisi Material Dasar Sungai, Konfigurasi Vegetasi Sungaidan Fauna Sungai.

Karena sungai dianggap tidak teratur maka dilakukan campur tangan lewat pembangunan sungai yang sering berakibat fatal pada fungsi sungai secara ekologis. Campur tangan yang paling umum adalah pembendungan sungai, pelurusan sungai, pelebaran dan pendalaman sungai serta penurapan pinggir sungai dan kemudia penciptaan ruang terbuka hijau dengan vegetasi asing dan tidak menghubungkan ekosistem darat dengan air.

Padahal sungai menjadi sungai karena konfigurasi ekosistem penghubung antara darat dan air yang dikenal sebagai riparian. Keteraturan vegetasi riparian selalu melingkupi zona aguatic, zona amphii dan zona kering. Pada area yang lama tergenang air akan tumbuh vegetasi tertentu, pun pada area pasang surut dan area yang jarang tergenang air. Masing-masing vegetasi mempunyai manfaat tersendiri dalam menjaga kesehatan dan keberlanjutan sungai, baik dari sisi konservasi air, tanah maupun biota/fauna yang hidup di lingkungan atau ruang sungai.

Campur tangan dan kebijakan pembangunan sungai kerap berakibat hilangnya ekosistem sungai. Pun perilaku warga yang mengkonversi area riparian menjadi area produktif untuk pertanian maupun permukiman. Hilangnya vegetasi pada area riparian akan mempengaruhi keberadaan fauna di sekitar sungai, juga jaring rantai makanan (produksi dan konsumsi).

Hilangnya predator pada tingkat paling tinggi karena perubahan ekosistem akan mengakibatkan pertumbuhan fauna atau binatang yang kemudian disebut sebagai hama atau penganggu. Hilangnya elang dan burung hantu karena ketiadaan pohon tinggi sebagai tempat mengintai akan menjadikan tikus berkembang tak terkendali.
 
Musim banjir 
Menumbuhkan kembali riparian sungai menjadi penting agar ruang sungai tidak menjadi ruang terbuka karena perladangan di kanan kiri sungai hingga menyentuh bibir sungai, atau tertutup karena ruang sungai menjadi ruang permukiman.

Tumbuhnya riparian di sungai akan memberi layanan ekologis sebagai ruang terbuka hijau, peneduh, sumber nutrisi atau pangan bagi biota dan fauna sungai, filter bagi run off air hujan sebelum masuk sungai dan menjadi area berkembang biak bagi biota/fauna air dan darat yang akan menopang keberlanjutan layanan ekologis.
Yang disebut dengan normalisasi seharusnya mengembalikan sungai kepada keadaan atau kondisi paling alamiah sebagaimana ada dalam ingatan para senior citizen.

Restorasi biasa juga disebut sebagai renaturalisasi adalah upaya untuk mengembalikan ruang sungai pada kondisi alamiahnya

Restorasi Ekosistem
Campur tangan manusai dan pemanfaatan berlebihan menyebabkan hilangnya flora dan fauna di lingkungan sungai. Mengembalikan flora dan fauna seperti sediakala berarti melakukan penanaman kembali (revegetasi) tanaman spesies lokal sungai yang pada akhirnya akan memanggil kembali fauna yang dulu hidup dan berbiak disana.

Restorasi Kelembagaan
Sungai adalah milik masyarakat maka penting untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sumbedaya sungai. Manejemen sungai berbasis masyarakat adalah pilihan dengan menumbuhkan komunitas peduli sungai.

Restorasi Hidrologi dan Morfologi
Bentuk sungai terkait erat dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas air. Perubahan atau pengubahan sungai dan lingkungannya akan membuat siklus air terganggu. Sungai mesti mempunyai area lindung, area resapan dan penyimpanan air yang berfungsi untuk menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas airnya.

Restorasi Sosio Ekonomi Kultural
Sungai menopang kehidupan, namun terlupakan. Maka pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya sungai menjadi penting untuk terus ditekankan termasuk mencari alternative baru ekonomi berbasis sungai yang akan mendorong warga untuk memulihkan, menjaga dan merawat sungai karena mendatangkan manfaat yang berkelanjutan. Partisipasi aktif warga pada akhirnya akan menumbuhkan kembali budaya sungai (air).

Partisipasi Kita
Tidak Menebang
Pohon di tepian sungai selain sebagai peneduh juga merupakan sumber nutrisi bagi biota di tanah dan di air serta penguat tebing sungai. Selain pohon juga tetumbuhan lain seperti rerumputan, Bamban dan lain sebagainya. Pepohonan atau tetumbuhan di air juga menjadi tempat ikan berbiak.

Hentikan Destrucktive Fishing
Ikan di sungai mulai sulit untuk ditemukan dan untuk memperoleh ikan dalam jumlah yang cukup sering kali masyrakat melakukan cara penangkapan yang buruk dengan setrum, racun atau jala/perangkap dengan lubang kecil atau rapat. Akibatnya semua ikan tertangkap atau bahkan mati, termasuk ikan-ikan kecil.

Stop Perburuan Satwa
Di lingkungan sungai banyak ditemukan hewan liar seperti ular, biawak dan aneka burung. Binatang-binatang ini kerap diburu dengan cara ditembak, ditombak atau dijerat. Ada ang diburu untuk dikonsumsi tapi ada yang ditangkap hidup-hidup untuk dijual kembali sebagai peliharaan.

Agro Forestry
Ladang atau kebun di kanan kiri sungai bisa menjadi zona keamanan atau zona ekologi pada ruang sungai. Petani bisa berkontribusi dengan mempraktekkan model pertanian kehutanan. Lahan yang dipakai untuk tanaman semusim atau cepat panen ditanami pohon produktif seperti buah-buahan lokal atau pohon kayu.


Ditulis oleh Fitriyani Sinaga

Komentar

TERPOPULER

Isolasi Lignin Pulp Soda dan Sulfat (Kraft)

Teknis Mesin Pancang Dalam Pemanenan HUTAN

Sejarah Sylva Indonesia: Rimbawan, yuk berjuang kolektif!

Masyarakat Adat vs RUU Pertanahan, Sebuah Refleksi Hari Tani, Utopis Kelestarian Hutan?

Kehutanan Berduka,Wafatnya Prof.Dr.Ir.H.R.Sambas Wirakusumah MSc.

Rimba 2019: Mahasiswa Berprestasi, Tanamkan Kode Etik Rimbawan

Karhutla di Kaltim: Surga Angrek Hitam Cagar Alam Kresik Luway Hangus

Symposium dan Konferensi Nasional Sylva Indonesia Jogjakarta

UPAYA REHABILITAS LAHAN KRITIS

Informasi data berita tentang fakta,edukasi dan analisis tentang kehutanan, pertanian, pendidikan budaya sosial dan lingkungan hidup. Ragam berita konservasi dan sains lingkungan. @ Seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. @nagadragn