KAJIAN PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG LAUT INDAH KOTA BONTANG





KAJIAN PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG LAUT INDAH KOTA BONTANG


Dirga NopriandaFitriyani Sinaga
Fakultas Kehutanann Universitas Mulawarman
E-Mail: Sinagafitriyani@gmail.com


ABSTRACT
Study of Mangrove Utilization and Preservation by Communities in Tanjung Laut Indah Village, Bontang City, Under the guidance of Rujehan and Setiawati. Mangroves or also called mangrove forests are forests that grow on brackish water swamps which are located on the coastline and are affected by tides.  With various functions and benefits have provided values ​​for the livelihood of the surrounding community.  The purpose of this study was to determine the use of mangroves by the community and determine efforts to conserve mangroves by the community.  The object of this research is the community around the mangrove of Tanjung Laut Indah, Bontang City.  The sampling technique or the respondents carried out by Purposive Random Sampling to the surrounding community of 38 respondents.  The primary data types were collected through direct interviews with the surrounding community, while the secondary data types were collected through village monograph documents.  Data analysis was performed descriptively qualitative.  The results showed that mangroves were used by the community in Tanjung Laut Indah Village through the use of mangrove leaves and fruits as raw material for the manufacture of food and beverages.  Besides that the mangrove ecosystem is also used as a place of nature tourism (ecotourism).  Mangrove conservation efforts by the community in Tanjung Laut Indah Village carried out mangrove cultivation and mangrove planting activities as a form of mangrove conservation.

 Keywords: Local communities, Tanjung Laut Indah,Utilization and preservation of mangroves.




ABSTRAK
Kajian Pemanfaatan dan Pelestarian Mangrove Oleh Masyarakat Di Kelurahan Tanjung Laut Indah Kota Bontang, Dibawah bimbingan Rujehan dan Setiawati.
Mangrove atau disebut juga hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Dengan berbagai fungsi dan manfaatnya telah memberikan nilai-nilai bagi penghidupan masyarakat sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan mangrove oleh masyarakat dan mengetahui upaya pelestarian mangrove oleh masyarakat. Obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di sekitar mangrove Kelurahan Tanjung Laut Indah Kota Bontang. Teknik pengambilan sampel atau responden dilakukan secara Purposive Random Sampling terhadap masyarakat sekitar sebanyak 38 responden. Jenis data primer yang diambil melalui wawancara secara langsung pada masyarakat sekitar, sementara jenis data sekunder diambil melalui dokumen monografi kelurahan. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa mangrove dimanfaatkan oleh masyarakat di Kelurahan Tanjung Laut Indah melalui pemanfaatan daun dan buah mangrove sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan makanan dan minuman. Disamping itu ekosistem mangrove juga dimanfaatkan sebagai tempat berwisata alam (ekowisata). Upaya pelestarian mangrove oleh masyarakat di Kelurahan Tanjung Laut Indah melakukan kegiatan budidaya tanaman mangrove dan penanaman mangrove sebagai wujud konservasi mangrove.

Kata kunci: Masyarakat setempat, Pemanfaatan dan pelestarian mangrove, Tanjung Laut Indah.

PENDAHULUAN

Hutan bakau atau disebut juga mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.



Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976 dalam Dahuri et al, 2001).


Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir, ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan (man-made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), mangrove, padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman (Dahuri et al, 2004).


Diantara sumberdaya alam pesisir yang dapat pulih tersebut terdapat sumberdaya yang sangat penting keberadaannya yaitu ekosistem  mangrove dimana menurut Alikodra (2005) menyatakan bahwa mangrove merupakan ekosistem yang sangat unik dan khas. Hal ini disebabkan oleh posisinya sebagai ekosistem perairan antara ekosisten darat dan ekosistem laut, kondisi ini menyebabkan ekosistem mangrove sangat rawan terhadap pengaruh luar, terutama karena spesies biota pada mangrove ini memiliki toleransi yang sempit terhadap adanya perubahan dari luar. Dengan manfaat dan sumberdaya yang begitu banyak, seharusnya masyarakat pesisir memiliki kesejahteraan yang baik, namun menurut Kordi (2012) Kemiskinan masyarakat pesisir dan pulau-pulau sangat ironi dan paradoks, karena data-data mengenai sumberdaya perikanan yang cukup besar. Disamping itu, sumberdaya pesisir dan lautan juga potensial untuk pengembangan berbagai sektor ekonomi seperti pariwisata, industri perikanan, perhubungan dan sebagainya.


Namun bertambahnya jumlah penduduk berarti peningkatan akan kebutuhan pemukiman dan daerah pesisir tempat ekosistem mangrove berada merupakan lokasi yang paling mudah dikonversi untuk tujuan tersebut.
Tanjung Laut Indah adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Kelurahan Tanjung Laut Indah memiliki luas wilayah 3,06 km². Wilayah Kelurahan Tanjung Laut Indah terdiri dari 33 RT, wilayah ini merupakan kawasan padat penduduk dan sebagian masyarakatnya berkerja sebagai nelayan karena letak permukimannya yang berada di pesisir. Kelurahan Tanjung Laut Indah adalah salah satu kelurahan yang berada di Kota Bontang, dengan potensi mangrove yang cukup baik, dengan masyarakatnya yang sangat ketergantungan dengan mangrove. Berdasarkan hal tersebut, maka dirasa perlu melakukan penelitian tentang kajian pemanfaatan dan pelestarian mangrove oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Tanjung Laut Indah..



1.1.              Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.                   Mengetahui pemanfaatan mangrove pada masyarakat setempat;
2.                   Mengetahui upaya pelestarian mangrove pada masyarakat setempat.\\\


1.2.              Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan melalui penelitian ini adalah:
1.                   Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola pemanfaatan dan pelestarian mangrove oleh masyarakat;
2.                   Dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah Kota Bontang dan instansi terkait lain dalam merumuskan kebijakan-kebijikan yang berkaitan langsung dengan pola hidup dan sistem pemanfaatan dan pelestarian mangrove oleh masyarakat;
3.                   Diharapkan dapat menjadi bahan dasar yang menunjang bagi penelitian yang serupa di masa mendatang dalam lingkup yang berkembang;
4.                   Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya, baik pada wilayah Kelurahan Tanjung Laut Indah maupuan di wilayah kota lainnya.


Prodak Mangrove Bontang di Expo Kaltim 2019


BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di ekosistem mangrove Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan karena potensi ekosistem mangrove dilokasi ini yang masih cukup baik dalam menunjang kebutuhan masyarakat.

Prosedur Penelitian

Penentuan responden dilakukan dengan cara Purposive Random Sampling. Dari jumlah populasi yang ada di Desa Tanjung Laut Indah sebanyak 14.820 jiwa, terdapat 378 kepala keluarga yang memanfaatkan mangrove, setelah itu dilakukan secara acak untuk mendapatkan 10% responden dari 378 kepala keluarga. Kemudian sebanyak 38 responden ini diwawancara yang dipandu dengan kuesioner (kuesioner lampiran 3).


Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Serta sumber data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang akan dikumpulkan, diantaranya adalah data terkait gambaran umum mangrove di kelurahan Tanjung Laut Indah Bontang, data terkait pemanfaatan mangrove pada masyarakat setempat baik barupa fisik maupun non fisik yang akan dilihat dari sisi pemanfaatanya serta data pelestarian mangrove pada masyarakat setempat.


Cara pengumpulan data primer melalui wawancara dengan responden yang dipandu kuesioener. Selanjutnya data sekunder yang dikumpulkan, diantaranya adalah data yang terkait gambaran umum wilayah mangrove di Kelurahan Tanjung Laut Indah Bontang. seperti fisiografi pencatadengan tujuan  



HASIL DAN PEMBAHASAN
1.                  Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk
Penduduk Kelurahan Tanjung Laut Indah tidak berada dengan penduduk yang ada di daerah lain pada umumnya, yaitu masyarakat yang heterogen. Karena pada dasarnya mereka adalah warga pendatang.


Adapun untuk jumlah Kelurahan Tanjung Laut Indah menurut monografi Kelurahan tahun 2019 berjumlah 14820 jiwa yang terdiri dari 7685 laki-laki dan 7135 perempuan, dengan kepala keluarga sebanyak 4563 KK yang tersebar di 33 RT.


Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No
Keterangan
Jumlah
1.
Laki-laki
7.685 Jiwa
2.
Perempuan
7.135 Jiwa
Total
14.820 Jiwa/4563 KK
Sumber : Monografi Kelurahan Tanjung Laut Indah, 2019



Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dapat diliat dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia
No
Keterangan
Jumlah
1.
Usia 0-15 Tahun
4.300 Jiwa
2.
Usia 15-65 Tahun
10.215 Jiwa
3.
Usia 66 Tahun keatas
305 Jiwa
Total
14.820 Jiwa
Sumber : Monografi Kelurahan Tanjung Laut Indah, 2019



5.1.1.      Pendidikan
Masyarakat Kelurahan Tanjung Laut Indah mengenal dua pendidikan, yaitu pendidikan umum dan pendidikan khusus. Berdasarkan tingkat pendidikan umum, penduduk Kelurahan Tanjung Laut Indah dapat dikatakan sudah tinggi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.


Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan masyarakat
Jumlah
1.
Lulusan Pendidikan Umum


a.                   Taman Kanak-kanak
0 Orang

b.                  Sekolah Dasar
2.547 Orang

c.                   SMP
2.230 Orang

d.                  SMA/SMK
3.645 Orang

e.                   Akademi/ D1-D3
90 Orang

f.                   Sarjana
413 Orang

g.                   Pascasarjana
31 Orang
2.
Lulusan Pendidikan Khusus


a.                   Pondok Pesantren
6 Orang
3.
Penduduk Miskin
485 Orang
Total
9.447 Orang
Sumber : Monografi Kelurahan Tanjung Laut Indah, 2019


5.1.2.      Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Tanjung Laut Indah beragam. Tetapi sebagian besar penduduk Kelurahan Tanjung Laut Indah hidupnya pekerja swasta. Sisanya sebagian wiraswasta dan nelayan, jasa serta tani, pertukangan dan pensiunan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No
Pekerjaan/ mata Pencaharian
Jumlah
1.
Karyawan


a.                   Pegawai Negeri Sipil
207 Orang

b.                  ABRI
7 Orang

c.                   Swasta
1.153 Orang
2.
Wiraswasta/ Pedagang
409 Orang
3.
Tani
71 Orang
4.
Pertukangan
28 Orang
5.
Pensiunan
13 Orang
6.
Nelayan
225 Orang
7.
Jasa
199 Orang
Total
2.312 Orang
Sumber : Monografi Kelurahan Tanjung Laut Indah, 2019



5.2.            Profil Sumberdaya Mangrove
Pada tahun 1983-1989 luas Mangrove di Kalimantan Timur tak kurang dari 748.850 ha atau sekitar 17,1% dari luas mangrove di Indonesia. Namun 13 tahun kemudian, luasan tersebut menyusut hingga 72,56%. Hanya tersisa 205.443 ha. Penyusutan tersebut juga terjadi pada kawasan mangrove di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Pada tahun 2002 mangrove yang ada di Kota Bontang tinggal kurang lebih 7.000 ha. Dari angka itu pun yang masih utuh hanya seluas 4.000 ha. Sisanya telah mengalami kerusakan atau degradasi (Bapeda provinsi Kaltim, 2002).




Ekosistem mangrove berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang ada 31 spesies mangrove. Semua spesies mangrove ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan tersebut adalah: fisiografi (topografi), pasang (lama, durasi, rentang), gelombang dan arus, iklim (cahaya,curah hujan, suhu, angin), salinitas, oksigen terlarut, tanah dan hara (Saputra, 2014).


Menurut Hogarth (1999), Waas dan Nababan (2010) dalam Patang (2012) Mangrove mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Pemanfaatan mangrove diarahkan untuk kesejahteraan umat manusia. Untuk mewujudkan pemanfaatannya secara berkelanjutan, ekosistem mangrove perlu dikelola dan dijaga keberadaannya.


Untuk mengantisipasi semakin meluasnya kerusakan kawasan mangrove, Pemerintah Kota Bontang telah melakukan upaya konservasi kawasan mangrove, sekaligus menjadi bagian dari dukungan terhadap kebijakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Namun hasilnya belum optimal. Ada beberapa faktor penyebab program konservasi kawasan mangrove belum mencapai hasil sebagaimana diharapkan yaitu:
1.                  Lemahnya sumberdaya manusia dalam pengelolaan kelembagaan di daerah;
2.                  Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat bagaimana pentingnya program gerakan tersebut;
3.                  Kurang dan terlambatnya pencairan dana pelaksanaan program;
4.                  Lemahnya koordinasi dengan para stakeholders;
5.                  Pelaksanaan program belum sepenuhnya melibatkan masyarakat.



5.2.1.      Kondisi Mangrove Di Kelurahan Tanjung Laut Indah
Kondisi mangrove di sekitar Kelurahan Tanjung Laut Indah masih cukup baik di karenakan sebagian besar masyarakat menjaga keberadaan mangrove dari penebangan liar oleh orang yang tidak bertanggung jawab, kemudian di Kelurahan Tanjung Laut Indah memiliki beberapa kelompok tani yang sangat peduli pada konservasi mangrove. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani mangrove meliputi budidaya, penanaman dan pengolahan hasil mangrove.


5.2.2.      Pendapat Tentang Kawasan Mangrove
Masyarakat Kelurahan Tanjung Laut Indah cukup memahami tentang kawasan mangrove dan pentingnya kawasan tersebut sebagai kawasan lindung untuk wilayah pesisir Kota Bontang, sebagai kawasan wisata alam bagi masyarakat dan pengunjung luar daerah, sebagai kawasan hutan produksi penghasil buah mangrove yang selama ini dijadikan sebagai bahan pangan dan yang paling terpenting kawasan mangrove di jadikan sebagai zona penyangga untuk wilayah Kelurahan Tanjung Laut Indah.


5.3.            Pemanfaatan Mangrove
Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan masyarakat pesisir. Selain mempunyai funsi ekologis sebagai penyedia makanan bagi biota laut, penahan abrasi pantai, penahan gelombang pasang dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, mangrove juga bisa berfunsi sebagai penyedia kebutuhan pangan penduduk disekitarnya.


5.3.1.      Manfaat Mangrove Bagi Penduduk atau Masyarakat
Mangrove selain sebagai zona penyangga, mangrove ini berfungsi sebagai kawasan wisata dan lebih dari itu mangrove pun bisa di manfaatkan sebagai penghasil buah untuk bahan pangan, bahan pewarna batik, tempat wisata serta pencegah abrasi kawasan pesisir.


Dengan kondisi mangrove yang semakin baik maka masyarakat mendapatkan banyak sekali manfaatnya, selain sebagai penambahan penghasilan, masyarakat dapat memanfaatkan buah dan daun. Selain itu para nelayan bisa mendapatkan hasil tangkapan yang lebih berlimpah, sehingga para nelayan tersebut semakin meningkat perekonomiannya. Selanjutnya dengan adanya kegiatan pengelolaan mangrove yang semakin baik, maka hal tersebut bisa menambah mata pencaharian bagi para ibu-ibu sebagai tenaga kerja pembibitan.


5.3.2.      Cara Masyarakat Dalam Memanfaatkan Mangrove
Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat Kelurahan Tanjung Laut Indah selain sebagai sumber benih untuk budidaya tanaman, buah dan daun banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan untuk masyarakat sekitar. Buah mangrove bisa dijadikan sirup, dodol, kripik, peyek, cendol, kerupuk, agar-agar, onde-onde, combro dan manisan. Untuk pucuk daun dapat di olah menjadi teh mangrove.
Berikut adalah beberapa hasil mangrove yang dimanfaatkan sebagai bahan membuat olahan makanan dan minuman :


1.                  Buah mangrove pidada merah atau perepat merah adalah salah satu jenis pohon mangrove penghuni rawa-rawa tepi sungai hutan bakau yang bisa diolah langsung menjadi makanan atau minuman. Buah paling umum digunakan sebagai bahan makanan adalah buah pidada merah (Sonneratia caseolaris) atau bisa disebut buah bintang, mesti demikian spesies lain juga bisa dikonsumsi. Mangrove yang disebut juga “apel mangrove” karena bentuk buahnya yang bulat menyerupai apel ini bisa dijadikan dodol, jus, sirup, bahkan hingga zat pewarna alami yang dikembangkan menjadi pewarna batik. Aroma pedada yang harum dan rasanya yang asam segar ternyata disukai oleh banyak orang. Sedangkan buah nipah (Nypa fruticans) dapat dijadikan manisan dan daun jeruju (Acanthus ilicifolius) menjadi bahan makanan dan minuman antara lain peyek dan cendol.

2.                  Buah api-api putih umumnya dikenal mangrove abu-abu atau bakau putih yang telah diketahui dimanfaatkan sebagai sumber bahan panganan adalah buah api-api putih (Avicennia marina). Buah api-api putih dapat diolah menjadi keripik, kerupuk, agar-agar, onde-onde, combro, dan jajanan pasar yang lain. Buah api-api membutukan perlakuan khusus yaitu ditambahi abu gosok sebelum bisa dijadikan bahan makanan, karena buahnya mengandung racun (tannin).



3.                  Untuk pengolahan teh mangrove pihaknya juga mengumpulkan pucuk daun tanaman mangrove jenis akantus tersebut yang terlebih dahulu melalui proses penyaringan. Pengolahan teh dari pucuk daun mangrove sudah cukup banyak dilakukan orang, dan berdasarkan referensi yang dipelajari dengan pihaknya pucuk daun mangrove ini memiliki beragam khasiat seperti mencegah beberapa penyakit dalam.



5.4.            Upaya Pelestarian Mangrove
Upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat sekitar Kelurahan Tanjung Laut Indah adalah melakukan kegiatan pembibitan, rehabilitasi mangrove dan konservasi mangrove. Sehingga mangrove yang berada di sekitar wilayah pesisir tetap terjaga dan fungsi dari mangrove tetap baik, dan juga bermanfaat bagi masyarakat pesisir kota Bontang.


Perkembangan bontang menjadi kotamadya membuat visi dan misi serta implementasi program comdev Badak LNG berubah dari sebagai agen pembangunan menjadi mitra pemerintah dalam memajukan dan memandirikan masyarakat. Program-program yang awalnya bersifat infrastruktur secara bertahap dialihkan ke program yang bersifat sustainable dan peningkatan kemandirian masyarakat dalam menghadapi era pasca migas. Salah satunya adalah program konservasi kawasan mangrove. Sejak tahun 2011, Comdev Badak LNG telah terlibat aktif dalam konservasi kawasan mangrove di perairan utara Kota Bontang. Tak kurang dari 60.000 batang bibit Mangrove telah ditanam di lahan seluas 6 ha. Masih ada 160.000 bibit lagi yang akan ditanam di lahan seluas 16 ha. Program konservasi kawasan mangrove yang dilakukan Badak LNG tidak hanya terbatas pada pembibitan dan tanaman, tapi juga aktivitas ekonomi hijau (Green Economy) berupa diversifikasi pengolahan buah mangrove, mulai dari selai, kripik, peyek, cendol, kerupuk, agar-agar, onde-onde, combro, manisan, dodol, permen, sirup hingga zat pewarna alami yang dikembangkan menjadi pewarna batik.


5.5.            Kelembagaan
Dalam pemanfaatan dan pelestarian mangrove di Kota Bontang, mempunyai atau terdiri 11 kelompok turunan yaitu Kelompok Tani Lestari Indah, Kelompok Daun Harum, kelompok Karya Wanita, Kelompok Mangrove Indah, Kelompok Wanita Mandiri, Kelompok Wanita Pesisir, Kelompok Nelayan Bubu Bontang Kuala, Kelompok Tani Alam Permai, Kelompok Bakau Jaya, Kelompok Beras Basah, dan Kelompok Tani Nelayan Pantai Harapan yang terlibat dalam program Konservasi Kawasan Mangrove yang berada dilokasi Tanjung Laut Indah Bontang Selatan. Pemerintah setempat yaitu Pemkot Bontang (KLHK) serta pendamping masyarakat bersinergi dalam pengelolaan mangrove.



Kelembagaan kepada kelompok tani adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dimana jumlah pengurus ada 11 orang dan jumlah anggota pengurus adalah 11 orang sedangkan jumlah kegiatan perbulan hanya dilakukan 1 kegiatan, di smping itu terdapat juga lembaga lain yaitu PKK, dimana jumlah pengurus PKK 12 orang untuk jumlah PKK 11 orang. Kegiatan dilakukan kelembagaan PKK ada 34 kegiatan, jumlah dana untuk kelembagaan PKK dikelola sebanyak Rp 14.225.000.00. kemudian terdapat juga kelembagaan Karang Taruna adalah kepemudaan dengan pengurus 30 orang.




Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.                  Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat selain sebagai tempat nelayan mencari ikan juga masyarakat memanfaatkan buah dan pucuk mangrove untuk dijadikan makanan kecil seperti dodol, kripik, sirup dan teh mangrove.
2.  Upaya pelestarian mangrove oleh masyarakat selain tidak melakukan penebangan, masyarakat justru melakukan pembibitan atau budidaya mangrove serta melakukan penanaman.
 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Alikodra, H. S. 2005. Konsep Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu danBerkelanjutan. NTB. (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q= &esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id). Diakses 24 September 2017.
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove: Fungsi dan Manfaatnya. Karnisius, Jakarta.
Bandaranayake, W.M., 1999, Economic, Traditional and Medicinal Uses of Mangrove, http://www.data.aims.gov.au. Diakses 12 Mei 2018.
Bapeda Provinsi Kaltim (BPK) 2002. “kaltim dalam angka 2016”, Katalog BPK 1102001.1375 https://kaltim.bps.go.id/index.php/publikasi/125, diakses pada tanggal 23 Febuari 2019
Dahuri, R. 2004. Pedoman Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya paramita, Jakarta.
Damaik, Janianton., Weber, Helmut. F. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori Ke Aplikasi. Andi, Yogyakarta
Ghufran, M. 2012. Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Hong, P. N. 2008, Mangroves and Coastal Dwellers in Vietnam: A Long and Hard Journey Back to Harmony, The International Cosmos Prize, Commemorative Lecture, http://www.expo-cosmos.or.jp. Diakses 9 Mei 2018.
Kathiresan, K. dan B.L. Bingham, 2001, Importance of Mangrove Ecosystem,http://www.ocw.unu.edu. Diakses 7 Mei 2018.
Kordi, K. Guhufran H. 2012. Ekosistem mangrove, potensi, fungsi, dan pengelolaan. Rineka Cipta, Jakarta.
Patang, Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove, kasus di Desa Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai. Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No.2
Perum Perhutan. 1994. Pengelolaan Hutan Mangrove Dengan Pendekatan Sosial Ekonomi Pada Masyarakat Desa di Pesisir Pulau Jawa. Dalam Prosiding V Ekosistem Mangrove, 3-6 Agustus 1994, Jember.
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama, Bandung.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Taliziduhu Ndraha. 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rieneka Cipta, Jakarta.
Teguh Pambudi. 2005. Perjalanan si konsep seksi. SWA.
UNDP/UNESCO Regional Project-research And Training Pilot Programme on Mangrove Ecosystems in Asia and The Pasific, Bogor 8-9 Oktober 1984.


Komentar

TERPOPULER

Isolasi Lignin Pulp Soda dan Sulfat (Kraft)

Teknis Mesin Pancang Dalam Pemanenan HUTAN

Sejarah Sylva Indonesia: Rimbawan, yuk berjuang kolektif!

Masyarakat Adat vs RUU Pertanahan, Sebuah Refleksi Hari Tani, Utopis Kelestarian Hutan?

Kehutanan Berduka,Wafatnya Prof.Dr.Ir.H.R.Sambas Wirakusumah MSc.

Rimba 2019: Mahasiswa Berprestasi, Tanamkan Kode Etik Rimbawan

Karhutla di Kaltim: Surga Angrek Hitam Cagar Alam Kresik Luway Hangus

Symposium dan Konferensi Nasional Sylva Indonesia Jogjakarta

UPAYA REHABILITAS LAHAN KRITIS

Informasi data berita tentang fakta,edukasi dan analisis tentang kehutanan, pertanian, pendidikan budaya sosial dan lingkungan hidup. Ragam berita konservasi dan sains lingkungan. @ Seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. @nagadragn