Lahirnya GMSS-SKM di Samarinda

wadah tapi bukan untuk membesarkan organisasi. Sejak semula Misman tak pernah memaksudkan GMSS SKM menjadi sebuah organisasi. Prinsipnya adalah setiap orang mengorganisir dirinya sendiri, beraktifitas bersama GMSS SKM berdasarkan kemampuan dan sumberdaya masing-masing.
Iyau Tuoang sedang merapikan papan Gmss-Skm


Namun atas desakan dari sesama pewarta di PWI Kaltim, akhirnya GMSS SKM diformalkan lewat Akta Pendirian Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Memungut Sehelai Sampah di Sungai Karang Mumus (GMSS SKM) dihadapan Notaris H.M Sutamsis, SH,MH,M.Kn dengan nomor akta 19, pada tanggal 27 Januari 2016.


Pendirian organisasi ini dimaksudkan untuk kepentingan taktis dan strategis jika ke depan GMSS SKM harus bekerjasama secara formal
dengan lembaga manapun yang menuntutan adanya pertanggungjawaban hukum.


Namun dalam kegiatan sehari-hari GMSS SKM, Misman selaku Ketua umum tetap kukuh dalam pendiriannya. Bahwa organisasi tidaklah yang utama, yang utama adalah kerja, kerja dan kerja.
Yustinus, Iyau Tupang, Djarot sedang evakuasi Sampah


Semua aktivitas tidak ditujukan untuk membesarkan organisasi. “Suatu saat jika orang Samarinda tidak lagi mengotori SKM, maka organisasi ini m harus dibubarkan,” begitu ucapnya selalu.


Maka menjadi tidak aneh jika kegiatan-kegiatan GMSS SKM  dikoordinasikan secara informal lewat komentar di facebook dan Whatshapp, pertemuan di warung gorengan atau obrolan di group messenger.


Hampir tak pernah ada rapat sebagaimana organisasi lainnya. Kegiatan, aktivitas dan dinamika di GMSS SKM mirip apa yang terjadi
dalam keluarga. Segala sesuatu direncanakan bersama, tak ada yang memaksa untuk terlibat, tidak saling mengatur melainkan saling melengkapi dengan batasan-batasan yang disepakati bersama.


Menjelang dua tahun aktivitasnya, GMSS SKM menjadi salah satu gerakan yang cukup dikenal di Kota Samarinda dan mampu memberi warna tersendiri terkait dengan diskursus seputar SKM.

Copyrigh nagadrgn
Mahasiswa (Fitriyani Sinaga, Syarif dan Dul) sedang menanam dan merawat semoadan sungai karangmumus

Dalam kesederhanaannya kemudian GMSS SKM menjadi rujukan sebagai Komunitas Peduli Sungai dari berbagai kelompok, organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah.


Jika selama ini berita atau cerita tentang SKM terputar-putar pada normalisasi dan relokasi, kehadiran GMSS SKM membawa nuansa
tersendiri. Berita tentang SKM yang berdasar pada aktivitas GMSS SKM menjadi lebih berwarna, membawa harapan baru bahwa masih
ada harapan agar SKM kembali menjadi Sungai Kehidupan.


“Jika setiap orang mampu mengorganisir dirinya 
sendiri tak butuh waktu 300 tahun untuk memperbaiki Sungai Karang Mumus”

Komentar

TERPOPULER

Isolasi Lignin Pulp Soda dan Sulfat (Kraft)

Teknis Mesin Pancang Dalam Pemanenan HUTAN

Sejarah Sylva Indonesia: Rimbawan, yuk berjuang kolektif!

Masyarakat Adat vs RUU Pertanahan, Sebuah Refleksi Hari Tani, Utopis Kelestarian Hutan?

Kehutanan Berduka,Wafatnya Prof.Dr.Ir.H.R.Sambas Wirakusumah MSc.

Rimba 2019: Mahasiswa Berprestasi, Tanamkan Kode Etik Rimbawan

Karhutla di Kaltim: Surga Angrek Hitam Cagar Alam Kresik Luway Hangus

Symposium dan Konferensi Nasional Sylva Indonesia Jogjakarta

UPAYA REHABILITAS LAHAN KRITIS

Informasi data berita tentang fakta,edukasi dan analisis tentang kehutanan, pertanian, pendidikan budaya sosial dan lingkungan hidup. Ragam berita konservasi dan sains lingkungan. @ Seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. @nagadragn