Alam Untuk Air: Mempertahankan Rawa agar Kota Layak Huni



Mengabaikan air ?
Jawaban Persoalan Keairan Tersedia di Alam. 
Dalam kebudayaan air kita agungkan, pada perilaku air kita nistakan.
Masih manusia yang berpikir kah ?
  Oleh Fitriyani Sinaga

Kondisi rawa samarinda di tengah Perkotaan
Kebudayaan apapun mengajarkan air sebagai sesuatu yang maha penting. Air digambarkan sebagai emas (tirta kencana), kehidupan (tirta amerta) dan kesucian. Namun dalam perilaku sehari-hari terlalu banyak contoh yang membuktikan bahwa kita abai terhadap pentingnya air. Air hanya kita nikmati, kita ekploitasi.


Mungkin kita menganggap punya banyak air sehingga air tidak kita jaga, tidak kita rawat. Dan hasilnya saat ini kita banyak mengalami masalah terkait dengan air. Air bersih dan sehat kini bahkan menjadi sebuah kemewahan bagi banyak orang.

Terlalu Banyak
Terlalu banyak air hujan yang menjadi air permukaan sehingga musim hujan identik dengan musim banjir.
Terlalu Sedikit
Sebagian besar air hujan menjadi air permukaan tidak meresap dalam tanah. Kekeringan mengancam di musim kemarau
Terlalu Kotor
Badan air menjadi tempat pembuangan limbah dan sampah dari aktivitas domestik dan industri.



Mempertahankan Rawa Agar Kota Layak Huni

Samarinda konon berasal dari kata Samarendah. Permukaan datarannya sama dengan permukaan sungai. Ini merupakan sebuah refleksi pengenalan dari masyarakat perdana perihal aspek hidrologi dan geologi Kota Samarinda.

Dataran Kota Samarinda adalah basah, berupa area pasang surut atau ruang banjir. Ada yang permanen ada yang temporal. Area genangan permanen berupa rawa-rawa tersebar di berbagai penjuru, menjadi penghubung antara bukit dan sungai.


Penghormatan atas kondisi ini diwujudkan dalam permukiman yang berupa rumah panggung yang dihubungan dengan gang atau jalan berupa jembatan kayu yang panjang.  Seiring dengan waktu, rawa-rawa kemudian ditimbun menjadi daratan. Permukiman terdiri dari rumah berpondasi. Rawa-rawa hilang dan kemudian banjir makin sering datang.

Kita kerap menyebut rawa sebagai lahan tiada guna, hingga cenderung mengkoversi menjadi daratan. Kita lupa bahwa rawa punya layanan untuk mengurangi banjir, memfilter air sebelum masuk ke sungai, menyerap karbon dan tempat berbiak aneka ikan air tawar.


Air bukan hanya untuk manusia
Kehidupan selalu butuh air atau bahkan kehidupan digerakan oleh air. Tak heran jika kemudian air sering dikatakan sebagai air kehidupan. Yang disebut mahkluk hidup bukan hanya manusia, melainkan juga aneka tumbuhan dan binatang. Semua itu butuh air dan tidak sedikit pula yang hidup dalam atau di lingkungan air. Maka pengawetan, perawatan dan penjagaan air tidak semata ditujukan untuk kepentingan manusia.

Ada banyak contoh rekayasa air yang hanya ditujukan untuk manusia justru menghasilkan kematianbahkan kepunahan mahkluk hidup lainnya. Ambil contoh sungai yang dibeton kanan kirinya akan membuat sungai kehilangan aneka tumbuhan dan ikan.


Konsep Pertahanan Rawa

Ecofarm

Pertanian Konservasi adalah model pertanian yang berdasar pada prinsip :
1. Minimalisasi gangguan pada struktur tanah:
2. Mempertahankan tutupan lahan dengan mulsa organic dan
3. Menamam beragam jenis tanaman.


Mengutamakan produktivitas dari komoditas yang ditanam membuat praktek atau perilaku pertanian menjadi abai pada tanah dan lingkungan. Tanah di ‘doping’ dengan pupuk kimia buatan yang tak peduli pada takaran.  Semua yang hidup selain yang ditanam dianggap hama atau penganggu. Dan dibunuh dengan racun. Kita lupa bahwa pada tanah ada hak mahkluk hidup lainnya untuk hidup. Pertanian selalu butuh air, namun pada prakteknya aktivitas pertanian banyak menghasilkan pencemaran atau perusakan air berupa residu pupuk dan racun (pestisida/insektisida/herbisid a).

Komentar

TERPOPULER

Isolasi Lignin Pulp Soda dan Sulfat (Kraft)

Teknis Mesin Pancang Dalam Pemanenan HUTAN

Sejarah Sylva Indonesia: Rimbawan, yuk berjuang kolektif!

Masyarakat Adat vs RUU Pertanahan, Sebuah Refleksi Hari Tani, Utopis Kelestarian Hutan?

Kehutanan Berduka,Wafatnya Prof.Dr.Ir.H.R.Sambas Wirakusumah MSc.

Rimba 2019: Mahasiswa Berprestasi, Tanamkan Kode Etik Rimbawan

Karhutla di Kaltim: Surga Angrek Hitam Cagar Alam Kresik Luway Hangus

Symposium dan Konferensi Nasional Sylva Indonesia Jogjakarta

UPAYA REHABILITAS LAHAN KRITIS

Informasi data berita tentang fakta,edukasi dan analisis tentang kehutanan, pertanian, pendidikan budaya sosial dan lingkungan hidup. Ragam berita konservasi dan sains lingkungan. @ Seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. @nagadragn