Sawit Membangun Kesuburan Sekaligus Merusak Konservasi Tanah dan Air


BENARKAH Elaeis guineensis SEBAGAI PEMBANGUN  SEKALIGUS PERUSAK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM SUATU KAWASAN  ?

Oleh

 Fitriyani Sinaga



Erosi tanah adalah peristiwa terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh air atau angin (Arsyad, 1976). Pada dasarnya ada tiga proses penyebab erosi yaitu pelepasan (detachment) partikel tanah, pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation). Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) dan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi yang disebabkan oleh air hujan merupakan penyebab utama degradasi lahan di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanah-tanah di daerah berlereng mempunyai risiko tererosi yang lebih besar daripada tanah di daerah datar. Selain tidak stabil akibat pengaruh kemiringan, air hujan yang jatuh akan terus menerus memukul permukaan tanah sehingga memperbesar risiko erosi. Berbeda dengan daerah datar, selain massa tanah dalam posisi stabil, air hujan yang jatuh tidak selamanya memukul permukaan tanah karena dengan cepat akan terlindungi oleh genangan air.



Konservasi itu sendiri merupakan kata berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.



Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Arsyad, 2002).



Tanah yang hilang akibat proses erosi tersebut terangkut oleh air sehingga menyebabkan pendangkalan saluran drainase termasuk parit, sungai, dan danau. Erosi yang telah berlanjut menyebabkan rusaknya ekosistem sehingga penanganan-nya akan memakan waktu lama dan biaya yang mahal. Menurut Kurnia et al. (2002), kerugian yang harus ditanggung akibat degradasi lahan tanpa tindakan rehabilitasi lahan mencapai Rp 291.715,- /ha, sedangkan apabila lahan dikonservasi secara vegetatif, maka kerugian akan jauh lebih rendah. Pencegahan dengan teknik konservasi yang tepat sangat diperlukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab erosi. Kondisi sosial ekonomi dan sumber daya masyarakat juga menjadi pertimbangan sehingga tindakan konservasi yang dipilih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan, menambah pendapatan petani serta memperkecil risiko degradasi lahan.



Sitanala Arsyad (1989), mengemukakan bahwa konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Sistem penilaian tanah untuk maksud tersebut dirumuskan dalam system klasifikasi kemampuan lahan yang ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi, memperbaiki tanah yang rusak dan memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.



Bentuk-bentuk konservasi tanah dapat di bedakan menjadi 3, yaitu : cara mekanis, vegetatif dan cara gabungan dari kedua cara tersebut, cara mekanis dapat dilihat dengan adanya pembuatan terras-terras seperti terras kredit, terras guludan dan terras bangku sedangkan cara vegetatif yakni berupa penanaman sejajar kontur dan reboisasi serta penghijauan tanah milik penduduk (Kartasaputra, Mul Mulyadi Sutedjo, 2000).


Terdapat dua strategi konservasi tanah. Pertama, metode prediksi erosi yaitu cara untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Prediksi erosi merupakan salah satu hal penting untuk mengambil keputusan dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu bidang lahan. Model prediksi erosi yang umum digunakan di Indonesia adalah model USLE (Universal Soil Loss Equation). Metode USLE adalah model prediksi erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar dan alur pada keadaan tertentu dengan menggunakan rumus:


Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi [sumber daya alam hayati] adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).




Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.
Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.




Manfaat konservasi akan tampak melebihi biayanya jika tindakan konservasi tersebut dilihat dalam perspektif jangka panjang. Jika hanya dilihat dalam satu periode produksi, maka konservasi akan menurunkan keuntungan karena manfaat yang ditimbulkan oleh konservasi sifatnya jangka panjang. Oleh sebab itu, adopsi konservasi lebih tepat disebut sebagai investasi perusahaan. Keengganan suatu usaha menerapkan konservasi karena perhitungan yang dilakukan adalah dalam jangka pendek, sehingga konservasi dipandang lebih sebagai beban daripada peluang untuk meningkatkan keuntungan




KONSERVASI LAHAN di LAHAN KELAPA SAWIT

Konservasi Tanah dan Air
Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air.


Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan dengan syarat – syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan keadaan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlakukan. Usaha – usaha konservasi tanah ditujukan untuk :
1. Mencegah kerusakan tanah oleh erosi.
2. Memperbaiki tanah yang rusak.
3. Memelihara serta meningkatkan produkifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.



Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian se-
efisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada musi kemarau. Setiap perlakuan yang diberikan kepada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat – tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali, berbagai tindakan konservasi tanah merupakan juga tindakan konservasi air. Berdasarkan hubungan ini maka tanggung jawab sektor pertanian dalam masalah air ada dua hal yaitu :
1. Memelihara jumlah, waktu aliran dan kualitas air sejauh mungkin melalui cara pengelolaan dan penggunaan tanah yang baik.
2. Memaksimumkan manfaat air melalui penerapan cara – cara yang efisien.



Banyak cara konservasi tanah dan air yang tergolong ke dalam pengendalian erosi secara sipil teknis, tetapi yang sering dilakukan oleh petani hanya beberapa saja, yaitu teras gulud dan teras bangku. Sedangkan Beberapa teknik konservasi tanah dan air yang mampu mengendalikan erosi dapat ditempuh melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.


Dengan dilakukan konservasi tanah dan air di lahan kering diharapkan mampu mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang tahun yang akhirnya mampu meningkatkan produktivitasnya. Tanah-tanah di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman tumbuh dan berkembang, padahal tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan tanah. Benturan seperti inilah yg menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang di bawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada sistem konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah.



Penggabungan metode vegetatif dan fisik dalam satu teknologi diharapkan mampu mengefisienkan waktu dan biaya yg dibutuhkan. Misalkan penanaman tanaman pada sebuah guludan atau penanaman tanaman di sekitar rorak. Dan langkah terakhir yg di harapkan adalah penanaman tanaman yg bernilai ekonomis tinggi.


Tata Ruang Dalam Konservasi Tanah dan Air

            Berdasarkan data curah hujan, wilayah setiap pulau besar di Indonesia ini dapat dibagi menjadi empat zona yang masing – masing mempunyai pola dan jumlah curah hujan yanng berbeda. Zona I mempunyai curah hujan yanng terbesar 3000 – 3500 mm/tahun dan terdapat pada daerah hulu sungai yang merupakan vegetasi hutan tropis basah dengan pegunungan yang mempunyai kemiringan lerengnnya antara 15 – 50 % bahkan lebih. Zona II memmpunyai jumlah curah hujan 2000 – 2500 mm/tahun dan terletak pada daerah pertengahan antara dataran dengan pegunungan dengan kemiringan lereng antara 10 -30 % didominasi dengan vegetasi hutan dan sebagian telah telah ada yang beralih fungsi menjadi perkebunan. Zona III mempunyai jumlah curah hujan 1500 – 2000 mm/ Tahun dan terletak pada daerah antara dataran rendah dan areal bergelombang dengan kemiringan lereng antara 0 – 10 % didominasi dengan vegetasi perkebunan, perladangan dan persawahan. Zona IV mempunyai jumlah curah hujan 1000 – 1500 % dan terletak pada daerah rendahan sampai pesisir pantai dengan kemiringan 0 – 10 % didominasi dengan vegetasi perkebunan, perladangan, persawahan dan mangrove.

Potensi Kerusakan Tanah

Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap eroasi yang berbeda – beda. Kepekaan erosi tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat – sifat fisik dan kimia tanah. Sifat – sifat erosi yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah :
1. Sifat – sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air.
2. Sifat – sifat tanah yang memmpengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Adapun sifat – sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur tanah, bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan tanah.



Erosi tanah mempengaruhi produktivitas tanah dan dapat menguah kondisi fisik dan kimiawi tanah. Erosi tanah merupakan penyebab dari degradasi tanah. Disamping dapat menyebabkan degradasi tanah, erosi dapat merusak tanaman yang pada akhirnya mengurangi produktivitas. Dampak erosi tanah terhadapa produktivitas terlihat cukup besar antar tempat dan waktu. Erosi tanah menyebabkan hilangnya pendapatan petani dan akan menyebabkan bertambabh tingginya resiko yang akan dialami petani khususnya petani marjinal.



Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi erosi adalah memanipulasi faktor yang mempengaruhi erosi yaitu erodibilitas, kemiringan dan panjang lereng, dan vegetasi. Faktor erosivitas (jumlah dan curah hujan) tidak dapat diubah. Pembuatan teras merupakan upaya menurunkan tingkat kemiringan lereng sehingga aliran permukaan dapat dikurangi dan erosi dapat ditekan. Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki kemantapan struktur tanah sehingga tanah lebih tahan terhadap kerusakan akibat pukulan air hujan. Dengan demikian pupuk kandang merupakan faktor yang mampu menurunkan erodibilitas tanah. Beberapa jenis tanaman juga dapat bertindak sebagai penghalang jatuhnya air hujan ke tanah dan jenis tanaman lainnya mampu memperbaiki kemantapan strutur tanah.


Tingkat Kesuburan Tanah


            Perbaikan kesuburan tanah akan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memperbaiki penutupan tanah yang lebih baik, dan lebih banyak sisa tanaman yang kembali ke tanah setelah panen. Secara umum, jumlah bahan organik berupa sistem perakaran sebanding dengan pertumbuhan bagian di atas tanah. Artinya semakin baik pertumbuhan perakaran tanaman maka semakin baik pula pertumbuhan tajuk tanaman dan produksi sisa – sisa tanaman ke permukaan tanah. Kemampuan kelapa sawit berkembang pada tanah sangat tergantung pada umur tanaman, karena semakin bertambah umur perkembangan akar pun semakin luas. Di samping itu tergantung juga dangan subur tidaknya tanaman kelapa sawit, tanaman yang tumbuh subur maka kemampuan akarnya tumbuh dan berkembang makin baik.



Tindakan konservasi tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan bahan organik serta unsur hara tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan tumbuhan adalah sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah), sumber unsur hara C, N, P, S, dan juga unsur mikro, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan kapasitas tukar kation (KTK), dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung bahan organik di atas 2 %. Walau jumlahnya tidak besar tapi memegang peranan dalam menentukan kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) adalah tanah-tanah lapisan atas (topsoil). Oleh karena itu, lapisan tanah bagian atas perlu dipertahankan. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah bagian atas.




Hilangnya bahan organik (C), unsur hara (N dan P) tanah dapat diketahui dari besarnya erosi yang terjadi karena unsur C, hara N dan P terkandung dalam tanah. Hilangnya unsur C, hara N dan P ini akan semakin tinggi apabila tanah yang tererosi juga semakin tinggi. Semakin tinggi unsur C, hara N dan P yang hilang semakin banyak pula pupuk yang diperlukan untuk mengganti kehilangan tersebut.
Pertimbangan penggolongan kelas kemampuan lahan untuk perkebunan kelapa sawit berdasarkan kondisi fisik lahan :

1. Lahan Kelas I
Beriklim baik, tingkat kesuburan tanah baik (andosol, latosol) dan memiliki topografi yang baik pula (datar dan berombak).

2. Lahan Kelas II
a) Beriklim sedang, tingkat kesuburan tanah sedang (hidromorfik, podsolik, alluvial, regosol) dan topografi sedang.
b) Beriklim baik dan jarang dijumpai defisit air, tetapi tingkat kesuburan tanah dan topografi kurang baik (berukit).
c) Beriklim kurang baik dan selalu dijumpai defisit air dalam batas yang diperkenankan (150 – 250 mm), tetapi tingkat kesuburan tanah dan topografi baik (datar dan berombak).

3. Lahan Kelas III
a) Beriklim kurang baik, tingkat kesuburan tanah dan topografi juga kurang baik (berbukit).
b) Beriklim sedang, tetapi tingkat kesuburan tanah dan topografi tidak baik (curam).
c) Beriklim tidak aik, tetapi tingkat kesuburan tanah dan topografi sedang (bergelombang)


4. Lahan Kelas IV
Beriklim tidak baik dan tingkat kesuburan tanah serta topografi juga tidak baik (curam).




Bukti Data Dokumen Lahan Sawit dapat Membangun Konservasi Tanah dan Air

Tanaman kelapa sawit hemat air, dan memiliki sistem konservasi tanah dan air berkelanjutan baik melalui struktur kanopi maupun struktur perakaran. Oleh karena itu, membangun kebun sawit juga membangun sistem konservasi tanah dan air suatu wilayah.


Data-data menunjukkan bahwa banjir dan kekeringan terjadi hampir di semua negara dan tidak behubungan dengan kebun sawit. Sebaliknya perkebunan sawit justru memiliki sistem konservasi tanah dan air yang berkelanjutan.


Dalam konservasi tanah dan air, kebun sawit memiliki tiga mekanisme yang secara sinergis dalam melindungi tanah dan air. Ketiga mekanisme yang dimaksud adalah yakni mekanisme struktur dan naungan kanopi (canopy land cover), mekanisme tata kelola lahan kebun sawit dan mekanisme sistem perakaran kelapa sawit.



1.      Mekanisme struktur pelepah daun pohon kelapa sawit yang berlapis-lapis mampu menaungi lahan (land cover) mendekati 100 persen sejak kelapa sawit berumur muda. Struktur pelepah daun yang demikian selain berfungsi sebagai “dapurnya” (fotosintesis) kelapa sawit, juga berfungsi melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan. Jika hujan datang, pukulan air hujan tidak langsung mengenai tanah namun terlindungi oleh struktur pelepah daun berlapis-lapis tersebut.



2.      Mekanisme konservasi tanah dan air berikutnya adalah melalui tatakelola lahan dalam budidaya kelapa sawit. Standar kultur teknis kebun sawit mulai dari penanaman dan pemeliharaan tanaman menggunakan asas-asas konservasi tanah dan air. Mulai dari zero/minimum tillage, penanaman tanaman pelindung (cover crop) pada masa pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (umur 0-4 tahun), pembuatan sistem teras pada lahan miring, pembuatan piringan/tapal kuda, penempatan pelepah tua (pruning) sebagai guludan bahan organik pada gawangan, pengembalian tandan kosong dan limbah cair ke lahan dan lainnya merupakan bagian dari mekanisme konservasi tanah dan air kebun sawit.


3.      sistem perakaran serabut pohon kelapa sawit yang massif, luas dan dalam. Perakaran kelapa sawit dewasa dapat mencapai radius 4 meter sekeliling pangkal dan dengan kedalaman sampai 5 meter dibawah permukaan tanah yang membentuk pori-pori mikro dan makro tanah (Harahap, 1999). Pori-pori mikro dan makro tanah tersebut makin banyak dengan makin dewasa tanaman kelapa sawit.


                                                                                                                                      
Air yang tersimpan dalam pori-pori tanah dimana kelapa sawit ditanam, menciptakan cadangan air yang cukup besar. Ketika musim kering tiba, cadangan air tersebut dilepas secara perlahan baik untuk kebutuhan tanaman kelapa sawit itu sendiri, untuk kebutuhan tanaman lain disekitarnya maupun untuk kebutuhan mikroorganisme tanah. Sebaliknya ketika musim hujan, air hujan yang jatuh ke lahan sawit terserap untuk mengisi “waduk” pori-pori tanah sebagai cadangan air. Sistem dan mekanisme biopori alamiah kelapa sawit yang demikian menyebabkan kemampuan lahan kelapa sawit dalam menahan air didalam tanah cukup bagus. Sistem biopori alamiah yang demikian menjadikan kebun sawit tanaman konservasi tanah dan air.



Selain itu tanaman kelapa sawit juga ternyata tidak boros air bahkan tergolong tanaman yang hemat air. Selama ini tanaman Pinus, Akasia dan Sengon populer dijadikan tanaman hutan baik dalam program reboisasi maupun hutan tanaman industri. Tanaman kehutanan tersebut ternyata relatif boros menggunakan air. Menurut penelitian (Allen.et.al.1998, Rusmayadi,2011) membuktikan kapasitas menyimpan air pada lahan sawit lebih baik dibandingkan tanaman Karet sehingga kandungan air tanah lahan sawit lebih tinggi dari pada lahan yang ditanami Karet. Tanaman sawit yang selama ini dituduhkan boros air, ternyata jauh lebih hemat dibandingkan tanaman hutan tersebut bahkan sawit juga lebih hemat air dibandingkan dengan tanaman karet.



Hasil penelitian para ahli tersebut menjadi informasi penting bagi masyarakat yang terlanjur keliru melihat sawit akibat kebohongan-kebohongan yang disebarluaskan LSM anti sawit selama ini. Bukti ilmiah tersebut sangat jelas dan tegas menyatakan bahwa kebun sawit justru termasuk tanaman yang hemat menggunakan air dibandingkan tanaman hutan maupun tanaman karet. Tidak hanya hemat air, tanaman sawit yang sistem perakarannya yang serabut dan massif membentuk biopori alamiah yang berfungsi menyimpan air, sehingga kandungan air tanah lahan kebun sawit lebih tinggi dari tanaman karet.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., S. Abuyamin, dan U. Kurnia. 1984. Pengelolaan tanah dan tanaman untuk usaha konservasi tanah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 3: 7-11.

Anonim. 2011. Modul dan Penuntun Praktikum Konservasi Tanah dan Air. Laboratorium Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2011.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Kurnia, et al. 2002. Pengaruh Bedengan dan Tanaman Penguat Terras terhadap Erosi dan Produktivitas Tanah pada Lahan Sayuran. Hlm. 207-219 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Pupuk. Cisarua – Bogor, 30 – 31 Oktober 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Buku II

https://www.nasionalisme.co/kebun-sawit-membangun-sistem-konservasi-tanah-dan-air-wilayah/





Komentar

TERPOPULER

Isolasi Lignin Pulp Soda dan Sulfat (Kraft)

Teknis Mesin Pancang Dalam Pemanenan HUTAN

Sejarah Sylva Indonesia: Rimbawan, yuk berjuang kolektif!

Masyarakat Adat vs RUU Pertanahan, Sebuah Refleksi Hari Tani, Utopis Kelestarian Hutan?

Kehutanan Berduka,Wafatnya Prof.Dr.Ir.H.R.Sambas Wirakusumah MSc.

Rimba 2019: Mahasiswa Berprestasi, Tanamkan Kode Etik Rimbawan

Karhutla di Kaltim: Surga Angrek Hitam Cagar Alam Kresik Luway Hangus

Symposium dan Konferensi Nasional Sylva Indonesia Jogjakarta

UPAYA REHABILITAS LAHAN KRITIS

Informasi data berita tentang fakta,edukasi dan analisis tentang kehutanan, pertanian, pendidikan budaya sosial dan lingkungan hidup. Ragam berita konservasi dan sains lingkungan. @ Seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. @nagadragn